Entah
berapa lama waktu yang telah terbuang sia-sia. Entah berapa ribuan kilometer
telah aku lewati. Terkadang aku ingin menyerah dan kembali ke pelukan ayah dan
ibu. Penyesalan mendalam atas kekhilafan dari perilaku di waktu silam masih
terus terbayang.
Perjuangan
hidup ini belum berakhir, masih ada jalan panjang yang harus aku lewati demi
tujuanku berikan kado terindah buat mereka yang telah membesarkan diriku ini. Berjuta
kesulitan dalam perjalanan terkadang membuatku merasa letih dan menyudahi
perjalanan ini. Sempat terpikir untuk mengakhiri hembusan nafas ini karena
sungguh aku tak kuat.
Namun
itu bukan tindakan sebagai seorang lelaki petarung. Konsekuensi dari setiap
kesalahan hidup di masa silam harus ditempuh, harus dihadapi, harus mampu
bertahan demi tujuan tulus ini.
Perjuangan hidup dari kota Jakarta yang telah banyak berikan pelajaran bermakna mengenai arti kehidupan aku mencoba kembali ke kampung halamanku, di Flores untuk mengadu nasibku di sana. Tapi semua berjalan tak seindah yang aku harapkan dan mengharuskan aku kembali pada zona perjuangan yang jauh dari rumah, jauh dari ayah dan ibu.
Perjuangan hidup dari kota Jakarta yang telah banyak berikan pelajaran bermakna mengenai arti kehidupan aku mencoba kembali ke kampung halamanku, di Flores untuk mengadu nasibku di sana. Tapi semua berjalan tak seindah yang aku harapkan dan mengharuskan aku kembali pada zona perjuangan yang jauh dari rumah, jauh dari ayah dan ibu.
Hal
itu sudah bukan lagi menjadi hal yang baru, aku telah terbiasa hidup di luar
rumahku, aku terbiasa jauh dari tatapan bola mata ketulusan mereka. Makassar
menjadi tujuanku, rasanya pengen kembali ke Jakarta tuk merajut mimpi-mimpi
yang belum terwujud di kota itu.
Tapi
dengan segala pertimbangan, akhirnya ku putuskan untuk bertahan di kota
Makassar, kota dimana menjadi sejarah catatan hitam dekil hidupku. 6 bulan
terlewatkan namun pekerjaan yang diharapkan seakan jauh dari harapan. Ku
putuskan untuk melanjutkan perjuangan ke kota yang semakin jauh dari tempat dan
rumahku. Semakin jauh dari ayah dan ibu tersayang.
Manokwari–Papua
Barat sebuah kota di ujung paling timur Indonesia menjadi tempat tujuan dari
perjuangan memperbaiki nasibku. Dengan penuh harapan dan melewati lika-liku
kehidupan yang selalu menjadi kendala, akhirnya aku tiba di sini di kota
Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat tepatnya tanggal 3 bulan Agustus 2016.
Sempat
menganggur 1 bulan dan akhirnya aku
mendapatkan pekerjaan disalah satu media di kota Manokwari. Ketika mendapatkan
pekerjaan, aku kabari ayah dan ibu lewat handphone. Terdengar suara lirih sang
Ibunda tersayang, ibu dan ayah terdengar senang karena pekerjaan sudah aku
miliki. Aku terdiam sejenak dan berpikir, aku sudah semakin jauh dari mereka di
usia senja mereka.
Entah
kedepannya akan terjadi seperti apa, aku belum tahu. Apakah harus kembali
melanjutkan perjuangan di daerah yang lebih dekat dengan ayah dan ibu ?? aku
belum tahu. Perjuangan masih aku tempuh, dan tak menutup kemungkinan untuk
pergi dari kota ini. Karena berbagai pertimbangan ketika berdapan dengan
kenyataan yang masih jauh dari harapan. Semoga ada waktu yang tersisa buat
bahagiakan ayah ibu. Tak peduli mau berapa pulau aku lewati, tapi tujuanku
untuk berikan kado teristimewah untuk ayah dan ibu harus bisa dibuktikan.
No comments:
Post a Comment