“Senyum
manis kalian bagai mentari, hangatkan aku ditiap hari”
“Walau
langkahku seringkali buat hati kalian bersediah”
“Walau
sikapku seringkali teteskan air mata kalian”
“Namun
asih sayang yang kalian beri tulus dan takkan pernah terganti”
“Arti
hakikat hati paling berbudi, jadi tempat berteduh saat lelahku berjalan”
Kata yang tepat untuk saat ini adalah bersujud
memohon ampun di kaki kedua orang tuaku tercinta, terlalu banyak dosaku telah
tercipta dan melukai hati mereka. Sampai detik ini, aku belum bisa berikan
senyum kebahagiaan sebagai persembahan atas jerih payah yang telah mereka
korbankan.
Di usia mereka yang tak lagi mudah, aku berharap
dari perjuangan yang aku jalani yakni bisa menghadirkan tawa bahagia yang
terlukis di bibir mereka berdua. Ayah dan Ibundaku tersayang, maafkan atas
segala sikapku yang telah meneteskan air mata kalian.
Perjuangan kalian dari melahirkan, membesarkan
hingga kini aku berusia 31 tahun belum bisa aku balas dengan berikan sesuatu
yang istimewah untuk kalian berdua. Anakmu masih menempuh perjuangan panjang
sebagai konsekuensi dari semua tindakan masa silamku yang begitu hitam terjebak
dalam lumpur dosa.
Kalian begitu tegar dan sabar dalam menghadapi semua tingkah-lakuku yang hitam dan penuh dosa. Dan ketika aku terjebak, kalian pula yang menjadi tempat aku bersandar dan menjadi pembelaku ketika saudaraku tak bisa menerima apa yang telah aku perbuat.
Kalian begitu tegar dan sabar dalam menghadapi semua tingkah-lakuku yang hitam dan penuh dosa. Dan ketika aku terjebak, kalian pula yang menjadi tempat aku bersandar dan menjadi pembelaku ketika saudaraku tak bisa menerima apa yang telah aku perbuat.
Maaf beribu maaf untuk ayah dan ibu tersayang,
hingga kini anakmu masih terus menempuh perjuangan panjang. Masih segar dalam
memori ini, ketika subuh kalian berdua bangun dari tidur dan berdoa yang sudah
merupakan tradisi kalian. Di dalam doa itu ada namaku disebut, dari balik
kamarku air mataku mengucur.
Apa mungkin aku telat ? apa mungkin tak ada waktu
lagi untukku berbenah dan berikan kado terindah untuk mereka ? apa mungkin
pintu rejeki sudah tertutup rapat untuk diriku ? pertanyaan tetaplah menjadi
pertanyaan.
Dalam hati kecilku, kesadaran yang tulus takkan mengenal batasan waktu. Sebelum semuanya benar-benar terlambat, aku harus segera melakukan upaya untuk berbenah diri dan mencari pekerjaan persembahan kepada segala jerih payah yang telah mereka korbankan untuku.
Dalam hati kecilku, kesadaran yang tulus takkan mengenal batasan waktu. Sebelum semuanya benar-benar terlambat, aku harus segera melakukan upaya untuk berbenah diri dan mencari pekerjaan persembahan kepada segala jerih payah yang telah mereka korbankan untuku.
Mereka telah banyak berkorban hingga gelar sarjana
melekat pada sebuah nama baptisku. Namun belum ada satupun yang bisa aku
berikan. Memang benar kata ayah dan ibu ketika berikan sebuah nasihat, “ nak, ketika
engkau terlalu jauh salah berjalan maka konsekuensi yang akan ditempuh untuk
kembali pada jalan yang benar sungguh sangat sulit dan memakan waktu yang lama,
namun jangan engkau patah semangat. Serahkan semua niat baik tulusmu ke dalam
Doa”.
Tak meleset dari apa yang telah mereka nasihati namun aku abaikan, rasanya ingin putus asa. Aku lelah karena segala upaya selalu berujung sia-sia. Tapi ada sedikit kekuatan yang muncul ketika ku tumpahkan ujud tulusku ke dalam doa, “masih ada cahaya dibalik awan gelap, masih ada mentari ketika engakau terbangun di hari esok, sesuatu yang indah pasti ada pada waktunya”. Yah kalimat motivasi itu selalu menjadi tameng ketika semangatku mulai rapuh.
Tak meleset dari apa yang telah mereka nasihati namun aku abaikan, rasanya ingin putus asa. Aku lelah karena segala upaya selalu berujung sia-sia. Tapi ada sedikit kekuatan yang muncul ketika ku tumpahkan ujud tulusku ke dalam doa, “masih ada cahaya dibalik awan gelap, masih ada mentari ketika engakau terbangun di hari esok, sesuatu yang indah pasti ada pada waktunya”. Yah kalimat motivasi itu selalu menjadi tameng ketika semangatku mulai rapuh.
Suara lembut penuh ketulusan dan kasih sayang dari
ayah ibu tercinta, selalu menemani setiap derap langkah kaki yang masih
berjuang di jalan penuh duri. Tak ada kata menyerah, terus dan terus berupaya.
Yah itulah yang aku lakukan sekarang, dari sekian pekerjaan yang telah aku coba
dan hasilnya kebanyakan berikan kata gagal.
Perjuangan masih terus berlanjut demi tujuan
tulusku dan aku dedikasikan perjalan hidup ini hanya untuk mereka, ayah dan
ibundaku tercinta. Aku ingin berikan senyum terindah yang merekah di bibir ayah
dan ibuku tersayang ketika usia senja terus datang menyapa mereka.
Tuhan Engkau Maha Pengasih dan Maha Pengampun. Satu pintaku, tolong peliharalah usia mereka, jangan Engkau panggil mereka kembali ke rumahmu sebelum aku berikan senyum terindah sebagai kado spesial persembahan untuk segala keringat dan jerih payah ayah dan ibu yang telah membesarkan aku kini.
Tuhan Engkau Maha Pengasih dan Maha Pengampun. Satu pintaku, tolong peliharalah usia mereka, jangan Engkau panggil mereka kembali ke rumahmu sebelum aku berikan senyum terindah sebagai kado spesial persembahan untuk segala keringat dan jerih payah ayah dan ibu yang telah membesarkan aku kini.
Ayah dan Ibundaku tersayang, maafkan semua salah
dosa anakmu ini hingga air mata kalian menetes. Terima kasih tak terhingga
untukmu ayah dan ibu, karena hanya kalian jadi tempat aku bersandar ketika
beban hidup ini terlalu berat untuk aku pikul.
No comments:
Post a Comment