Sejuta Kisah Dibalik Waktu
Suka dan Duka Perjalanan
Hidup adalah perjuangan
Friday, 9 February 2018
Friday, 8 September 2017
Sunday, 14 May 2017
Sensasi Seruput Kopi Indonesia di El Falvio Coffe
Perubahan gaya
hidup masa kini mendorong tumbuh kembannya usaha kedai kopi di berbagai daerah
di Indonesia. Kedai kopi berlomba-lomba menawarkan berbagai citarasa bagi para
penikmat kopi. Buat kalian pecinta kopi asli Indonesia yang ada di Kota
Manokwari Provinsi Papua Barat, saya rekomendasikan sebuah kedai kopi yang
mengusung konsep coffe bar. Kedai ini lebih mengutamakan produk kopi lokal loh.
El’Falvio Coffe Bar, kedai kopi yang bisa kalian jumpai di Jalan Brawijaya No. 120, menawarkan berbagai atmosfer saat kalian para pecinta Kopi Asli Indonesia mulai menyeruput kental dan hitamnya Arabica Kopi Indonesia. Di kedai ini, harga secangkir kopi Indonesia sangat tergolong ekonomis guys, coba kalian bandingkan harga Kopi Asli Indonesia di cafe-cafe kopi yang pernah kalian singgahi guys,, secangkir kopi asli Indonesia di El’ Falvio Coffe Bar dibandrol dengan kisaran harga Rp12K-Rp15K (gimana, murah ga sob)....
Sore itu, sekira pukul 19.00 WIT aku mampir ke El’ Falvio Coffe dengan tujuan untuk mewawancarai baristanya yang sebelumnya sudah dilakukan set appoitment. Billy nama Barista El ‘Falvio Coffe Bar, orangny asik. Perbincangan pun mulai, ada banyak hal yang kita bicarakan, mulai dari bagaimana dia mulai menekuni usahanya sedangkan pribadinya adalah seorang arsitektur. Selain itu, Billy juga berbagi cerita tentang Filosofi Kopi Asli Indonesia. Dalam proses perbincangan, aku disuguhkan secangkir kopi dan itu adalah kopi yang selama 6 bulan aku cari (sudah 6 bulan aku berada di Bumi Cendrawasih).
El’Falvio Coffe Bar, kedai kopi yang bisa kalian jumpai di Jalan Brawijaya No. 120, menawarkan berbagai atmosfer saat kalian para pecinta Kopi Asli Indonesia mulai menyeruput kental dan hitamnya Arabica Kopi Indonesia. Di kedai ini, harga secangkir kopi Indonesia sangat tergolong ekonomis guys, coba kalian bandingkan harga Kopi Asli Indonesia di cafe-cafe kopi yang pernah kalian singgahi guys,, secangkir kopi asli Indonesia di El’ Falvio Coffe Bar dibandrol dengan kisaran harga Rp12K-Rp15K (gimana, murah ga sob)....
Sore itu, sekira pukul 19.00 WIT aku mampir ke El’ Falvio Coffe dengan tujuan untuk mewawancarai baristanya yang sebelumnya sudah dilakukan set appoitment. Billy nama Barista El ‘Falvio Coffe Bar, orangny asik. Perbincangan pun mulai, ada banyak hal yang kita bicarakan, mulai dari bagaimana dia mulai menekuni usahanya sedangkan pribadinya adalah seorang arsitektur. Selain itu, Billy juga berbagi cerita tentang Filosofi Kopi Asli Indonesia. Dalam proses perbincangan, aku disuguhkan secangkir kopi dan itu adalah kopi yang selama 6 bulan aku cari (sudah 6 bulan aku berada di Bumi Cendrawasih).
Menurut Billy,
konsep kedai kopi yang dia usung adalah Coffe Bar karena coffe bar lebih
bersahabat dengan konsumen yang berarti, konsumen bisa menyaksikan langsung
proses pengolahan kopi sampai pada penyajiannya. Billy juga selalu senantiasa memberikan pemahaman kepada
konsumen yang baru pertama kali mencicipi Kopi, hal itu bermaksud untuk
menghindari lidah mereka akan kopi dan juga menghindari para konsumen yang
mempunyai beberapa gangguan kesehatan.
El’ Falvio Coffe Bar juga lebih mengutamakan produk kopi Arabica lokal yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia, seperti Kopi Papua-Wamena, Kopi Gayo-Aceh, Kopi Kintamani-Bali, Kopi Bajawa-Flores dan Kopi Sulawesi-Toraja. Kopi Arabika hasil olahan kelompok tani ternyata tergolong dalam mutu spesialti (specialty coffee) karena citarasanya yang enak, khas, dan unik. Sebagian besar kopi Arabika Indonesia mempunyai karakteristik yang menonjol hingga citarasa yang kompleks. Semua itu terjadi pada proses genetik pohon kopi dari proses tanam, pascapanen kopi hingga proses sangrai, dan lebih terutama bergantung pada kontour tanah daerah setempat.
El’ Falvio Coffe Bar juga lebih mengutamakan produk kopi Arabica lokal yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia, seperti Kopi Papua-Wamena, Kopi Gayo-Aceh, Kopi Kintamani-Bali, Kopi Bajawa-Flores dan Kopi Sulawesi-Toraja. Kopi Arabika hasil olahan kelompok tani ternyata tergolong dalam mutu spesialti (specialty coffee) karena citarasanya yang enak, khas, dan unik. Sebagian besar kopi Arabika Indonesia mempunyai karakteristik yang menonjol hingga citarasa yang kompleks. Semua itu terjadi pada proses genetik pohon kopi dari proses tanam, pascapanen kopi hingga proses sangrai, dan lebih terutama bergantung pada kontour tanah daerah setempat.
“Karakteristik
Arabica Indonesai itu unik, berbeda dan sudah dikenal oleh internasional. Di
caffe ini lebih tonjolkan kopi asli Indonesia, untuk sekarang yang kita jual
adalah kopi dengan jenis Arabica,” paparnya sambil tersenyum santai.
Untuk menu yang ada di El’ Falvio Coffe Bar ini beragama loh sob, tapi spesialisasinya ya tentu kopi guys entah itu cold maupun hot. Misalnya Espresso, Cappucino, Long Black, Vietnam Coffe, Caramel Machiato Ice Americano, Cocoa Late dan masih banyak lagi sob yang bisa kalian nikmati dengan harga yang terjangkau dan harganya paling tinggi 20K sob. Diakhir pembicaraan aku sempat tertegun sama semangat Barista Billy, seorang Arsitektur namun masih aplikasikan kecintaan atas Kopi Indonesia dengan belajar secara otodidak cara meracik kopi. Cara penyajian kopi pun dipresentasikan dengan memadukan keahlian dan estetika sob.
Untuk menu yang ada di El’ Falvio Coffe Bar ini beragama loh sob, tapi spesialisasinya ya tentu kopi guys entah itu cold maupun hot. Misalnya Espresso, Cappucino, Long Black, Vietnam Coffe, Caramel Machiato Ice Americano, Cocoa Late dan masih banyak lagi sob yang bisa kalian nikmati dengan harga yang terjangkau dan harganya paling tinggi 20K sob. Diakhir pembicaraan aku sempat tertegun sama semangat Barista Billy, seorang Arsitektur namun masih aplikasikan kecintaan atas Kopi Indonesia dengan belajar secara otodidak cara meracik kopi. Cara penyajian kopi pun dipresentasikan dengan memadukan keahlian dan estetika sob.
Monday, 13 February 2017
Rindu Kembali ke Rumah
Hari ini, cahaya sang surya kian meredup, langit
tampak sepi, jarum jam mulai menunjukan hampir pukul 18.00 WIT. Dari kejauhan
terdengar kumandang adzan maghrib memanggil kaum muslim tuk kembali berserah
pada yang empunya alam semesta. Sejenak lamunanku buyar, tak terasa, aku telah
berada di sini, di Kota Manokwari, Provinsi Papua Barat selama 6 bulan.
Bukan menjadi sesuatu yang baru ketika diriku berada jauh dari rumah. Semenjak duduk di bangku SD, aku telah terlatih hidup terpisah dari ayah dan ibu. Namun ada yang berbeda, akhir-akhir ini aku merasa sesuatu yang sebelumnya belum pernah aku rasakan ketika jauh dari ayah dan ibu, ketika aku berada di Makassar, Jakarta, Djogja dll. Hari ini kepiluan sepertinya telah menyentuh sukmaku, aku rindu pulang, aku rindu berada di samping kedua orang tuaku yang tersayang. Aku rindu masakan ibu, aku rindu tempat tidurku.. Aku rindu pulang ke tanah Larantuka, Flores Timur.
Entahlah, perasaanku begitu kuat dan selalu menghantui dalam beberapa bulan terakhir ini. Dan biasanya pada saat hari menjelang malam, apa mungkin karena aku terlalu lama berada jauh dari rumah. Entahlah......
Bukan menjadi sesuatu yang baru ketika diriku berada jauh dari rumah. Semenjak duduk di bangku SD, aku telah terlatih hidup terpisah dari ayah dan ibu. Namun ada yang berbeda, akhir-akhir ini aku merasa sesuatu yang sebelumnya belum pernah aku rasakan ketika jauh dari ayah dan ibu, ketika aku berada di Makassar, Jakarta, Djogja dll. Hari ini kepiluan sepertinya telah menyentuh sukmaku, aku rindu pulang, aku rindu berada di samping kedua orang tuaku yang tersayang. Aku rindu masakan ibu, aku rindu tempat tidurku.. Aku rindu pulang ke tanah Larantuka, Flores Timur.
Entahlah, perasaanku begitu kuat dan selalu menghantui dalam beberapa bulan terakhir ini. Dan biasanya pada saat hari menjelang malam, apa mungkin karena aku terlalu lama berada jauh dari rumah. Entahlah......
Kemarin sempat aku loss contac dari rumah, karena handphoneku rusak. Setelah hampir sejam aku dan ibu bercerita via handphone, aku mendengar suara riuh para bocah yang lagi bermain di lorong depan rumahku. Aku terdiam sejenak, lamunanku jauh ke kampung halaman, seakan aku sedang berada di sana.
Aku membayangkan kelincahan mereka ketika bermain petak umpet, ahhh aku kangen. Suara ibu buyarkan lamunanku, ibu menutup pembicaraan dengan berpesan selalu berdoa. Dan jangan lupa selalu kabari mereka.
Yahhh, sungguh aku pengen sekali kembali. Dalam hati
aku berharap, jika semua tujuanku telah terbayar tuntas, aku akan segera
pulang. Akan jalani hari-hariku di sana, sambil menemani ayah dan ibu di usia
senja mereka.....
Subscribe to:
Posts (Atom)